Seorang lelaki yang baru menikah tinggal menumpang di rumah mertuanya.
Beberapa saat tinggal bersamanya, akhirnya ia demikian kesal dengan ibu
mertuanya yang menurutnya sangat brengsek, cerewet, bawel, bossy, dan
angkuh sekali.
Setelah dua tahun, baginya cukup sudah penderitaan itu. Ia memutuskan
untuk mengakhiri dengan berencana membunuh ibu mertuanya. Setelah
memutar otak, ia pergi mendatangi dukun yang paling sakti di daerahnya.
Usai bercerita dengan penuh kegeraman, sang dukun tersenyum dan
mengangguk-angguk. Diberinya sebotol cairan yang menurut petunjuk dukun
adalah racun yang sangat mematikan. Syaratnya
harus diberikan sedikit demi sedikit selama 2 bulan, dan dalam
memberikan ia diharuskan bersikap manis, berkata lebih sopan, serta
selalu tersenyum. Hal ini untuk membuat si mertua supaya tidak
mencurigainya. Dengan penuh kesabaran, hari demi hari ia mulai meracuni
si mertua, tentunya dengan sikap manis, tutur kata yang lebih santun
serta senyum yang tidak lepas dari mulutnya. Perlahan namun pasti ia
mulai melihat perubahan pada mertuanya.
Jumat, 26 September 2014
Rabu, 10 September 2014
Kisah dari Sebuah Kaos Kaki Bolong
Seorang kaya raya, sedang sakit parah. Menjelang ajal menjemput
dikumpulkanlah anak-anak tercintanya. Orang kaya itu berwasiat kepada
anak-anaknya, “Anak-anakku, jika ayah sudah dipanggil yang Maha Kuasa,
ada permintaan ayah kepada kalian. “Tolong pakaikan kaos kaki kesayangan
ayah, walaupun kaos kaki itu sudah robek. Ayah ingin memakai barang
kesayangan semasa ayah bekerja di kantor, dan ayah ingin kenangan kaos
kaki itu tetap ada sampai ayah dikubur nanti.
Singkat cerita akhirnya sang ayah meninggal dunia. Saat mengurus Jenazah
dan saat mengkafani, anak-anaknya meminta ke pak modin untuk memakaikan
kaos kaki yg robek itu sesuai wasiat ayahnya.
Akan tetapi pak modin menolaknya, “Maaf secara syariat hanya dua lembar kain putih saja yang boleh dipakaikan kepada jenazah”.
Terjadi diskusi panas antara anak-anak yang ingin memakaikan kaos kaki robek dan pak modin sebagai ustad yang melarangnya. Karena tidak ada titik temu dipanggilah penasihat keluarga sekaligus notaris.
Beliau menyampaikan, “Sebelum meninggal bapak menitipkan surat wasiat, ayo kita buka bersama-sama siapa tahu ada petunjuk.”
Akan tetapi pak modin menolaknya, “Maaf secara syariat hanya dua lembar kain putih saja yang boleh dipakaikan kepada jenazah”.
Terjadi diskusi panas antara anak-anak yang ingin memakaikan kaos kaki robek dan pak modin sebagai ustad yang melarangnya. Karena tidak ada titik temu dipanggilah penasihat keluarga sekaligus notaris.
Beliau menyampaikan, “Sebelum meninggal bapak menitipkan surat wasiat, ayo kita buka bersama-sama siapa tahu ada petunjuk.”
Langganan:
Postingan (Atom)
Metode Pembelajaran Al Qur'an & Ilmu Tajwid Bersanad
🎗🎗🎗🎗🥇🎗🎗🎗🎗 *IKUTI & HADIRI* *📚TRAINING FOR TRAINER*📚 _Metode Pembelajaran Al Qur'an & Ilmu Tajwid Bersa...
-
Perkataan berikut kami nukil dari kitab Al Hawiy yang ditulis oleh Imam As Suyuthi. وقد سئل شيخ الإسلام حافظ العصر أبو الفضل بن حجر عن عمل ...
-
Membicarakan Tuanku Imam Bonjol tak bisa dilepaskan dengan pembahasan Perang Padri. Perang Padri terjadi di kawasan Kerajaan Pagaruyung ...
-
Namaku Mariani orang-orang biasa memangilku Aryani, ini adalah kisah perjalanan hidupku yang hingga hari ini masih belum lekang dalam ...