Shahabiyah
adalah sahabat Rasulullah saw dari kalangan Muslimah, mereka adalah
wanita – wanita tangguh di medan jihad dan dakwah. Ujian demi ujian,
mereka senantiasa menghadapinya dengan penuh kesabaran. Mereka mujahidah
sejati sepanjang masa, yang tidak pernah lekang oleh waktu dan zaman.
Mereka juga ikut terjun ke medan jihad bersama Rasulullah saw,
menyiapkan logistik dan obat – obatan untuk para pasukan Muslimin yang
terluka. Subhanallah.
Muslimah seperti halnya para shahabiyah tidak mudah mengeluh, tidak cengeng, mampu menjaga kehormatan diri dan izzah Islam,
yang melahirkan generasi mujahid yang senantiasa membela Islam di medan
jihad sampai titik darah penghabisan serta senantiasa tegar menghadapi
penindasan yang dilancarkan oleh musuh – musuh Islam. Bahkan, tidak
jarang menjadi barisan paling belakang saat di medan jihad. Tujuannya
untuk menghadang pasukan Muslimin yang lari dari medan jihad.
Shafiyyah
binti Abdul Muthalib merupakan salah satu dari para shahabiyah yang
harum namanya sepanjang sejarah kehidupan, beliau adalah bibi Rasulullah
saw yang dilahirkan dari suku Quraisy. Quraisy adalah bangsa yang
paling dihormati oleh para kabilah di Jazirah Arab ketika itu, keturunan
paling mulia diantara suku – suku lain. Ayahnya, Abdul Muthalib,
seorang petinggi di tanah Jazirah Arab pada masanya. Suaminya, Awwam bin
Khuwailid adalah saudara kandung dari Ummul Mukminin Khadijah binti
Khuwailid. Dari suaminya inilah lahir seorang anak yang bernama Zubair
bin Awwam, yang dijuluki sebagai hawari Rasulullah saw.
Di tengah keluarga yang sangat dihormati, keturunan yang dihormati dan bersama orang – orang yang dihormati. Sehingga membentuk kepribadiannya yang tangguh dan kuat, tidak lemah serta berani. Bahkan beliau lihai memainkan pedang, menunggang kuda seperti mujahid yang sedang berperang. Tidak hanya itu, beliau termasuk orang yang intelektual, karena beliau suka membaca.
Di tengah keluarga yang sangat dihormati, keturunan yang dihormati dan bersama orang – orang yang dihormati. Sehingga membentuk kepribadiannya yang tangguh dan kuat, tidak lemah serta berani. Bahkan beliau lihai memainkan pedang, menunggang kuda seperti mujahid yang sedang berperang. Tidak hanya itu, beliau termasuk orang yang intelektual, karena beliau suka membaca.
Shafiyyah
binti Abdul Muthalib juga seorang ibu, kepribadiannya yang tangguh dan
kuat ia wariskan kepada anaknya yang bernama Zubair bin Awwam, hingga
Zubair menjadi seorang mujahid yang tangguh seperti ibunya. Zubair
dididik dengan keras oleh ibunya, sejak usia dini Zubair sudah diajarkan
memanah dan menunggang kuda, terkadang ibunya tidak segan – segan
ibunya memukul Zubair saat ragu – ragu. Cara Shafiyyah mendidik anak
seperti ini pernah dikritik oleh banyak orang, tetapi Shafiyyah terus
membantahnya. Alasan Shafiyyah adalah agar kelak Zubair menjadi anak
yang tangguh dan pemberani ketika di medan jihad, dan itu terbukti.
Bagaimana kiprahnya di medan jihad? Shafiyyah binti Abdul Muthalib ketika di medan Uhud ikut membantu menyiapkan air, logistik dan obat – obatan bersama Muslimah lain untuk para pasukan Muslimin yang terluka. Di tengah kesibukannya menyiapkan air, logistik dan obat – obatan, Shafiyyah tetap memegang panah untuk berjaga – jaga. Saat Muslimin terpukul mundur, Shafiyyah memegang tombak untuk diacungkan kepada para pasukan Muslimin. Saat saudaranya Hamzah bin Abdul Muthalib meninggal dengan tubuh yang tidak utuh lagi di medan Uhud, Shafiyyah tetap tabah dan sabar.
Bagaimana kiprahnya di medan jihad? Shafiyyah binti Abdul Muthalib ketika di medan Uhud ikut membantu menyiapkan air, logistik dan obat – obatan bersama Muslimah lain untuk para pasukan Muslimin yang terluka. Di tengah kesibukannya menyiapkan air, logistik dan obat – obatan, Shafiyyah tetap memegang panah untuk berjaga – jaga. Saat Muslimin terpukul mundur, Shafiyyah memegang tombak untuk diacungkan kepada para pasukan Muslimin. Saat saudaranya Hamzah bin Abdul Muthalib meninggal dengan tubuh yang tidak utuh lagi di medan Uhud, Shafiyyah tetap tabah dan sabar.
Meletus
peperangan di medan Khandak, para muslimah dan anak – anak diungsikan
ke sebuah benteng yang bernama Fari’, benteng ini milik Hassan salah
satu sahabat Rasulullah saw. Ketika perang berkecamuk, seorang intelejen
pihak musuh diam – diam mengamati benteng tersebut. Hal ini segera
diketahui oleh Shafiyyah, segera saja ia mengambil tongkat sebagai
senjata untuk menghantam intelejen tersebut bertubi – tubi. Bahkan,
Shafiyyah bisa memenggal leher orang tersebut dan melemparkan kepalanya
di perkampungan orang tersebut tinggal.
Itulah
riwayat hidup singkat dari seorang Mujahidah, Shafiyyah binti Abdul
muthalib. Saya belajar dari kehidupan beliau, dari kepribadian beliau
yang tangguh. Saya juga harus tangguh, kuat, berani dan intelektual.
Agar bisa membela diri dari ancaman kejahatan, bisa melawan serta
dipersiapkan untuk menghadapi medan dakwah yang banyak rintangan. Tidak cengeng,
tidak lemah dan pula tidak manja. Muslimah tipe seperti ini tidak cocok
untuk di tempatkan di medan dakwah, karena di medan dakwah di perlukan
Muslimah – Muslimah yang tangguh dan berintelektual dengan banyak –
banyak membaca. Fenomena yang terjadi saat ini masih banyak para
Muslimah yang masih kurang minat membaca.
Ketika saya mencoba untuk berdiskusi kepada merekia, tapi mereka seperti menunjukkan rasa “tidak nyambung”
saat saya memulai wancana berdiskusi. Malah yang dibicarakan adalah
film atau lagu kesukaan mereka, bukan membicarakan hal – hal yang
bermanfaat untuk menambah keilmuan. Cukup sedih, ternyata masih banyak
yang awam tentang sirah shahabiyah. Padahal, dari sirah shahabiyah
itulah dapat mengambil teladan.
Kembali
lagi pada biografi Shafiyyah. Shafiyyah juga seorang ibu, untuk
mencetak anak yang tangguh diperlukan ibu yang tangguh pula. Saya bisa
meneladani bagaimana Shafiyyah binti Abdul Muthalib mendidik anaknya,
Zubair bin Awwam. Shafiyyah membentuk kepribadian Zubair sejak usia
dini. Ketika menginginkan anak yang berjiwa mujahid, tangguhkan dulu
diri sendiri menjadi ibu yang berjiwa mujahidah. Apa jadinya saat
menginginkan anak yang berjiwa mujahid tetapi diri sendiri tidak
tangguh, kuat dan berani serta menjadi Muslimah yang senantiasa taat
kepada Allah dan Rasul – Nya? Jangan mengkhayal bisa menjadikan anak
seperti Zubair bin Awwam.
Ketabahan
Shafiyyah sungguh luar bisa, peristiwa yang sangat memilukan di medan
Uhud, yaitu syahidnya Hamzah bin Abdul Muthalib, saudara kandugnya
sendiri. Hamzah syahid dengan keadaan tubuh yang tidak utuh lagi. Hamzah
dibunuh oleh Wahsyi, budak dari Hindun binti Utbah. Hindun dendam
dengan Hamzah karena telah membunuh saudara Hindun di perang Badar.
Setelah Hamzah mati, Hindun memakan jantung Hamzah kemudian dikeluarkan
kembali karena pahit, selanjutnya mayat Hamzah dipotong – potong oleh
musuh. Saya mencoba mempelajari para Muslimah disekitar saya, masih
banyak yang meratapi kepergian orang – orang tercinta. Artinya terus
menerus dalam kesedihan, perbuatan seperti ini tidak boleh dilakukan
Muslimah sejati.
Yang
membuat saya tambah kagum pada shahabiyah Shafiyyah binti Abdul
Muthalib, adalah ketika beliau membunuh intelejen dari pihak musuh
bahkan sampai dipenggal kepalanya. Saya mencoba merenung sejenak, jika
saya berposisi jalan sendirian dan saya dihadang oleh orang jahat yang
ingin mencoba mencelakai saya. Apakah saya bisa melawan orang tersebut,
walau hanya menghajarnya dengan payung yang ada di dalam tas? Apalagi
sampai mengikatnya? Saya jadi ragu dapat melakukan hal itu. Saya sadar,
bahwa saya ini masih lemah. Jadi tidak mungkin melakukan seberani itu.
Sebenarnya,
tidak perlu menunggu generasi Shafiyyah, tetapi “membuat” generasi
Shafiyyah pada diri sendiri. Medan dakwah membutuhkan para Muslimah
seperti ini, yang berjiwa mujahidah sejati. Tidak ada kata malas dalam
kamus kehidupan, tidak ada kata gentar dalam kitab sejarah kehidupan,
tidak ada kata takut dalam celah kehidupan, dan tidak ada lemah pada
zhahirnya. Seperti bunga anggrek yang kokoh, menanti siraman ruhiyah
dari Sang Khaliq. Lembut, namun perkasa di balik tabir parasnya yang
elok dan cantik.
Shafiyyah
sangat layak untuk menjadi teladan para Muslimah, namun sangat
disayangkan, banyak Muslimah yang belum mengetahui biografi Shafiyyah
yang begitu mulia ini. Ikut mengharumkan perjalanan dakwah Islam hingga
saat ini serta ikut berjuang di medan jihad. Saya adalah wanita
Muslimah, tidaklah pantas jika saya meneladani bahkan memuja – muja para
wanita yang tidak taat pada dinullah. Layaknya para selebriti yang gemar berzina. Na’udzubillah.
Sumber: http://khansahumairah.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar